Aosta Valley

Aosta Valley

We’re Back! And this is one of our story from our journeys.

Aosta Valley adalah salah satu kota di bagian Utara Italia berbatasan dengan pegunungan Alpen. Jika anda menyukai kehidupan pedesaan yang tenang dan berkunjung ke kastil-kastil kuno di area perbukitan serta bertandang ke kebun anggur & pabrik rumahan pembuatan susu dan keju, disinilah tempatnya. Rasanya seperti pulang kampong, seriusan! Disini saya memiliki teman yang sudah siap menjadi host sayah, Mba Kinta Chuc, yang akhirnya kupanggil teteh :D

Si Teteh ini punya halaman belakang yang bisa buat main sepakbola se RT tapi di bukit, jadi pasti bolanya hilang ke jurang. DIsinilah saya menetap selama 3 hari 2 malam. Tadinya sih niatnya 4 hari 3 malam, namun seperti biasa yaaa, perjalanan kami selalu ajaib dari mulai pesawat delay 4 jam, lalu sampe Milan telat, kelaparan makan dulu, lalu ketinggalan bus pertama, bus kedua datang sore hari, tapi lagi-lagi kami tidak memprediksikan jarak jauhnya dari Stazione Centrale menuju Stazione Lampugnano (di websitenya bilangnya cuman 10menit), pada kenyataannyaaaa… yawlah ada kali 45 menit, karena ternyata stasiunnya jauh banget semacam suburb-nya Milan, dank arena keluar dari pusat kota, jadi metronya tidak secepat kita menunggu di dalam kota. Padahal demi mengejar bis, kami + mba Rieska & Carlo (teman kami di Milan yang sudah kami anggap kakak dan rumah hehehehe) sudah lari-lari dengan kecepatan penuh, naik turun tangga stasiun, dan disini sayah kemudian—keseleo. Hadeh. Dan passs, ketika kami sampai dan lari2 ke tempat bis-nya, bi situ sudah jalan 4 menit yang lalu, karena lemaz akhirnya kami memutuskan ganti tiket dengan membayar 16 euro sebagai penggantian bis. Kami sudah membeli tiket dulu sebelumnya via online seharga 34Euro (Andata/Ritorno—pulang pergi).


Malam itu saya di urut oleh tukang pijat professional yang juga menghibur utk besok naik bis lebih pagi, makasih yaa mba Rieska. Sebagai hiburan biar nggak terlalu sedih, malam itu kami bertiga makan indomie :D

Keesokan harinya kami berangkat pukul 13.00 dan sampai disana pukul 17.00, disini juga terjadi drama. Ketika turun bus ada pemeriksaan imigran illegal oleh polisi setempat, diciduklah kami ini, tp karena bawa paspor ya tenang2 aja. Ehh.. polizia-nya ternyata agak lemot2 dong tapi sok2 galak, emangnya tampang kita imigran gelap pak, plis deh. Udah dandan modis beginiii. Singkat cerita paspor kami ditahan dan Tanya macam2, tapi ini lebih bodoh lagi… mereka susah berbahasa inggris, oh lengkaplah sudah. Kami bilang berkali2, sambil menunjukkan paspor dan visa, tapi entah kenapa mereka nggak ngerti visa dari Indonesia (pdhl bahasa inggris dan italia), lalu katanya mau menelfon dulu ke pusat dan mereka mencatat seluruh tulisan yang ada di paspor (OMFG). Sampai akhirnya tibalah bala bantuan kami, Teh Kinta & Sergio! Mereka jelasin klo kita temen dan sudah punya paspor dan visa lengkap. Baru deh dilepasin. Yang aneh yaaaa: disana ada sekeluarga orang2 imigran semacam gipsi2 yang sama sekali nggak diperiksa. Mungkin mereka lihat kita terlalu cute sampe ditahan cukup lama, biar lebih terkenang di memori kali ya, diinget2 wajah2 culun nan lucu ini (halah).

Setelah itu kami berjalan ke pusat kota, centrale dari Aosta. Kota tua yang antic dengan nuansa desa eropa yang kental, dari mulai toko-toko yang klasik dan barang-barang yang dijual menarik ditambah dengan alunan akordion yang sebagai orang awam yang pertama kali mendengar lagu yg dibawakan itu keren banget, tapi ternyata bagi orang2 sekitar mereka bosan? Loh kenapa? Karena pengamen itu cuman bisa lagu itu doank, jadi diulang2 sepanjang hari, sepanjang tahun. LOL! Dari sini kami bisa melihat pegunungan yang mengelilingi Aosta (lupa nama2nya). Dari sini kami berjalan-jalan ke pusat kota dan menemukan: Pasar Kaget! Entahlah namanya pasar kaget atau memang udah event rutin seperti Sabati Mercato di Perugia, yang pasti saya selalu suka pasar-pasar dadakan seperti ini di Italia, karena banyak barang-barang antik maupun hasil-hasil kebun dari kebun mereka sendiri, dan buatan rumahan. Disini saya membeli satu talenan unik dari kayu pohon Olive, teksturnya indah banget. Buat properti foto makanan. Hehehe.

Pulang ke rumah si Teteh- desa Saint Christophe, saya disambut anak kecil ganteng nan menawan, Nicky! Lalu setelah berkenalan, kalimat pertama yg diucapkan sambil memeluk saya adalah “Zia Peny, puoi dormire con me?” yaoloh emaknya langsung shock “ini anak kecil udah ngajak cewe tidur bareng aja” ahhahahaha. Such a sweet boy! Makan malam pasta yang dmasak oleh super chef Teh Kinta, itu tiada duanya. Malam itu kami tidur dengan nyenyak, bahkan sampe lupa bangun jam 3 padahal mau foto bintang (dari balkon bisa dapat pegunungan dan langit berbintang, maaf ya paman Harlim, tanya2ku tak membuahkan hasil karena ketiduran :v)

Keesokan harinya kami dibawa ke tempat pembuatan wine: Grosjean www.grosjean.vievini.it. Dimiliki dari generasi ayahnya yang sudah berumur 90 tahun tapi masih aktif bekerja di ladang anggur, dengan tenaga yang penuh dan ingatan penuh juga. Sepertinya kota ini memiliki aroma ajaib dari pegunungan yang membuat usia seseorang lebih panjang dan sumber krim anti tua yang ada di tiap hela nafas yang masuk ke pori pori kulit.  Disini kami diminta testing wine, banyak banget dan enak semua, tp yg paling saya suka akhirnya dibeli, kecil tapi mahal (selera sama wine—vino-nya mahal ternyata). Setelah itu kami ke pabrik pembuatan keju dekat situ: Societa' Agricola Freres Diemoz. Langsung berjumpa dengan sapi2, dan mulai melihat semua proses, dari pemerahan susu, lalu diolah, dimasak dan dipadatkan jadi keju. Buat penggemar keju dan susu pasti suka kesini, sayangnya saya nggak suka hahahaha. Tapi habis kesini rasanya nggak mau makan daging sapi lagi.

Lalu saya pun diantar keliling Aosta oleh Sergio, kami ke taman nasionalnya dan beruntung banget bisa ketemu kambing gunung, walalu jalannya cukup menanjak dan kalau lihat belakang langsung gemeter lemes (tinggi dan curam). Setelah itu keliling ke berbagai kastil disana (Aosta ini desanya Kastil2 peristirahatan para bangsawan Italia maupun Perancis).

Keesokan harinya kami pergi ke Pila (bukan pila pila puncak yaa) namanya pila, tempat wisatawan asing maupun local, main olahraga salju, karena area ini akan lebih sering diliputi salju daripada di bawah. Naiklah kami dengan cable car ke atas, tiketnya karena hanya ke pila jadi cuman 6 euro kalau nggak salah, perkiraan dekat ternyata setelah sampai atas rasanya jauh dan lamaaaa (gemeter karena tinggi banget dan efek kaca bening). Sampai diatas pas sekali turun salju, jadi tidak terlalu dingin, dan puaslah makan2 salju (mengenang jaman kuliah di Perugia, pas turun salju suka jalan pulang dari kampus sambil mangap karena mau makan butiran salju plisdeh).

Sorenya kami harus sudah pulang ke Milan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Aosta Valley – Saint Christophe akan jadi perjalanan yang dikenang terus dan pasti akan kembali. 




Pusat Kota Aosta














Keju Cabai

Si penggemar susu










Comments

Post a Comment

Popular Posts